Senin, 28 Agustus 2017

Mengenal Sebuah Identitas Ahlussunnah waljama'ah

Didalam kita berbicara untuk menjelaskan aqidah yang benar sangat sulit kalau seandainya hanya dalam ceramah yang singkat atau dalam pertemuan yang sesaat. Akan tetapi dengan menyadari dan memahami sebuah identitas dari kebenaran aqidahnya bisa dengan sangat mudah dijaga dan dikontrol agar seseorang tidak terbawa masuk dalam kelompok aqidah yang salah atau sesat. Dan hal ini bisa kita saksikan dalam amaliyah-amaliyah di dalam keseharian mereka mulai dari tawasulan. tahlilan, membaca kitab maulid secara bersama (Asroqolan Atau Marhabanan) yang sungguh itu semua adalah amaliyah yang benar dan telah menjadi ciri khas aqidah yang benar biarpun sebenarnya pembahasan aqidah yang lebih penting, bukan di dalam amaliah-amaliyah tersebut.

Kalau kita cermati para ulama terdahulu dalam urusan aqidah dan amaliyah, mereka lebih mementingkan isi daripada kulit. Hingga terkadang seorang muslim awam ahlussunnah wal-jama'ah dengan kualitas aqidahnya yang sudah benar, akan tetapi dia tidak mampu untuk menjelaskan ahlussunnah wal-jama'ah dengan panjang dan lebar dengan pemaparan ilmiah.Padahal sebetulnya penjabaran makna aqidah ahlussunnah wal-jama'ah secara panjang lebar sudah dihadirkan dan disosialikan oleh ulama-ulama terdahulu dengan metode yang sangat sederhana dan kemasyarakatan sehingga sebuah aqidah sudah menyatu dengan kehidupan mereka.

Cara penjabaran dan pemaparan luas dan halus amatlah tepat pada masa di saat fitnah aqidah belum banyak tersebar. Akan tetapi di saat fitnah aqidah merabak dimana-mana dan pergeseran nilai aqidah mudah terjadi, kita harus bisa mencermati sebab-sebab umat ini termakan fitnah. Kita bisa saksikan di saat munculnya ahli fitnah yang tidak henti-hentinya merendahkan dan mencaci aqidah ahlusunnah wal-jama'ah. Orang-orang awan pun diam karena tidak tahu kalau mereka sendiri yang dicaci karena mereka tidak mengenal identitas mereka sendiri.

Maka dari itu kami perlu mengenalkan sebuah identitas yang secara hakikatnya memang kurang penting sebab hal itu hanya berurusan dengan kulit bukan substansi aqidah. Akan tetapi sebagai langkah pertama dalam membentengi aqidah dalam kondisi mendesak dan darurat kami anggap mengenal identitas diri saat ini amat diperlukan yaitu di saat merebaknya fitnah dan banyaknya pemalsu-pemalsu aqidah.

Sebab lain yang menjadikan mengenal identitas diri ini penting adalah karena banyaknya orang yang memusuhi aqidah para ulama ahlusunnah. Yang mereka pun yang menggemborkan syi'ar dan slogan ahlussunnah wal-jama'ah dan menamakan diri mereka ahlussunnah wal-jama'ah. Jadi pengenalan identitas ini di saat ini sangat penting untuk membedakan ahlussunnah wal-jama'ah yang sesungguhnya dengan ahlussunnah wal-jama'ah yang palsu. Dan setelah itu kita akan mencoba satu demi satu untuk menjelaskan perbedaan antara ahlussunnah wal-jama'ah yang palsu dan yang ahlussunnah yang sesungguhnya dengan kajian ilmiah di dalam pembahasan berikutnya.

Identitas yang kami maksud adalah:
  1. Islam
  2. Ahlussunnah wal-jama'ah
  3. Asy'ariyah atau Maturidiyah
  4. Shufiyyah
  5. Pengikut salah satu 4 madzhab
Seseorang yang beraqidah yang benar adalah seorang Muslim, Sunni, Asy'ari, Shufi dan Bermadzhab.

Artinya di zaman fitnah ini tidak cukup seseorang itu dikatakan aqidahnya benar jika dia hanya menyebut dirinya sebagai seorang muslim saja. Sebab Islam sekarang bermacam-macam dan alangkah banyaknya Islam yang dipalsukan oleh musuh-musuh Alloh.

Oleh sebab dalam irama pembuktian kebenaran aqidah, seorang muslim harus dilanjutkan dengan ikrar bahwa dirinya adalah muslim ahlussunnah wal-jama'ah

Dan dengan jawaban sebagai muslim ahlussunnah wal-jama'ah saja ternyata belum cukup karena adanya pemalsu-pemalsu ahlussunnah wal-jama'ah yang mereka adalah musuh-musuh ahlussunnah wal jama'ah. Maka dari itu harus dilanjutkan ikrar bahwa dirinya adalah pengikut ahlussunnah wal-jama'ah Asy'ariyah.

Dan orang yang mengatakan dirinya sebagai Asy'ariy atau pengikut Imam Abul Hasan Al-Asy'ari ternyata belum cukup, sebab ada sekelompok orang yang sepertinya mengagungkan Imam Abdul Hasal Al-Asy'ari. Dan pengikut Imam Abul Hasan yang benar adalah mereka yang berani mengatakan dirinya adakah Ahli Tasawuf (shufiyyah) di dalam ilmu mendekatkan diri kepada Alloh. Maka seorang Asy'ari yang benar haruslah dia berkeinginan untuk menjadi seorang shufi dan mencintai ahli Tasawuf.
pengikut para

Termasuk fitnah besar akhir-akhir ini dimunculkan adalah tuduhan sesat kepada ahli tasawuf. Dan memang kita akui ada segelintir orang yang menodai citra tasawuf. Dan itu tergolong orang yang sesat mengaku bertasawuf. Adapun tasawuf adalah ilmu untuk membersihkan hati dalam irama mencari ridho Alloh.

Maka sangat sesat orang-orang yang memusuhi tasawuf biarpun dia mengaku ahlussunnah dan biarpun juga mengakui Abul Hasan Al-Asy'ari

Dan yang terakhir adalah identitas ahlussunnah wal-jama'ah di dalam masalah fiqih mereka adalah orang-orang yang mengikuti kepada Imam Madzhab yang empat Imam Syafi'i, Imam Malik, Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad Bin Hanbal. Dalam bahasa fiqih kita sering menyebut dengan istilah bertaqlid kepada salah satu dari Imam 4 madzhab.

Identitas terakhir ini juga sangat perlu dihadirkan sebab pada zaman akhir ini telah muncul orang mengaku ahlussunnah wal-jama'ah akan tetapi dengan kesombongannya mereka merendahkan dan membenci taqlid bahkan hingga sampai mencaci-maki dan merendahkan para ulama-ulama yang bertaqlid. Maka bertaqlid adalah termasuk ciri aqidah ahlussunnah wal-jama'ah yang benar.

Maka orang sesat adalah orang yang mengaku Islam tetapi bukan ahlissunah, membenci Asy'ariyah, membenci tasawuf dan tidak mau bermadzhab. Ini adalah cara pintas untuk mengenali orang-orang yang beraqidah benar di tengah-tengah kesesatan ummat.




Pertolongan Pertama Di Zaman Fitnah Aqidah oleh Buya Yahya

Yang kami maksud pertolongan pertama di zaman fitnah aqidah ini adalah bagaimana kita menghadirkan hal terpenting dan mendesak yang dibutuhkan oleh ummat dalam upaya membentengi aqidah yang benar

Ada dua hal yang secara subtansi dan maknawi tidak terlalu penting akan tetapi hal tersebut perlu diperhatikan lebih karena dari situlah kesesatan akan masuk. Dua hal tersebut yang pertama mengenal sebuah identitas dan yang kedua adalah mempertahankan manhaj talaqqi.